Kriteria Miskin Berdasarkan Kebutuhan Hidup Layak (KHL)
Kebutuhan hidup layak (KHL) adalah standar kebutuhan seorang pekerja/buruh lajang untuk dapat hidup secara fisik untuk kebutuhan satu bulan.
Berikut indikator KHL yang digunakan untuk mengukur kebutuhan seseorang masuk kategori layak atau tidak:
Apa Itu Fakir Miskin?
Dalam Bahasa Indonesia seringkali kita mendengar kata fakir digandengkan dengan kata lain yang semakna yakni miskin, sehingga menjadi fakir miskin.
Dalam bahasa Arab, kata faaqir berasal dari kata faqr yang berarti ‘tulang punggung’ dan yang pertama (faaqir) berarti ‘orang yang patah tulang punggungnya’ karena demikian berat beban yang dipikulnya. Sedangkan kata ‘miskin’ berasal dari kata sakana yang dalam bahasa Arab berarti ‘diam’ atau ‘tenang’.
Dilansir dari republika.co.id, fakir secara bahasa ialah lawan kata dari al-ghaniy (kaya), yaitu orang yang sedikit hartanya. Sedangkan miskin secara bahasa ialah lawan kata dari al-harakah (bergerak), yaitu sesuatu yang diam ketika hilang gerakannya. (Dalam Al Mausu’ah al- fiqhiyyah | hlm. 199 jilid ke-32)
Secara istilah fakir adalah seseorang yang tidak dapat mencukupi setengah dari kebutuhan pokoknya dan tanggungannya (istri dan anak), seperti kebutuhan sandang, pangan, dan papan. Dan miskin adalah seseorang yang hanya dapat memenuhi setengah atau lebih kebutuhan pokoknya dan tanggungannya. Namun tidak dapat mencukupi seluruh kebutuhannya.
Kriteria Golongan Fakir dan Miskin
Diantara beberapa pendapat ulama, salah satunya pendiri Pondok Pesantren Al Bahjah Buya Yahya menyatakan bahwa seseorang dikatakan menjadi fakir apabila kebutuhan dasarnya lebih besar dari penghasilannya. Sebagai contoh apabila seseorang memiliki kebutuhan dasar untuk hidup sebesar 60-70 ribu, namun dia hanya berpenghasilan 20-30 ribu, maka dia bisa disebut fakir.
Dalam contoh lain juga disebutkan, seseorang yang sudah dalam kondisi tidak bisa bekerja (cacat fisik, sakit, dll) namun dia memiliki harta sekitar 25 juta. Beliau bisa dikatakan fakir, dikarenakan sisa hartanya tersebut diperkirakan tidak mencukupi kebutuhan dasar hidupnya dengan perkiraan sisa usianya (misal 20-30 tahun lagi).
Dikatakan kebutuhan dasar fakir itu mulai dari sandang, pangan, papan dan kesehatan. Dan juga mengalami kemiskinan multidimensi. Dalam artian, orang yang tidak beruntung untuk dapat duduk di bangku sekolah formal.
Sedangkan kriteria untuk miskin adalah mereka yang masih memiliki penghasilan, tetapi belum dapat untuk memenuhi seluruh kebutuhan dasarnya meskipun ia mampu untuk mengenyam pendidikan formal. Misalkan seorang dikatakan miskin apabila dia memiliki penghasilan 700.000 sebulan, namun kebutuhan dasarnya lebih dari itu.
Perbedaan paling mendasar antara kriteria fakir dan miskin adalah seorang fakir memiliki penghasilan yang hanya bisa memenuhi kurang dari setengah kebutuhan dasarnya. Hal itu bisa dikarenakan usia lanjut ataupun tidak mengenyam pendidikan formal.
Untuk menentukan seseorang masuk kriteria fakir dan miskin serta batasan dan standar zakat, ada 3 cara pengukuran sebagai berikut:
Yuk, kita bahas satu-satu arti kriteria tersebut. Ada beberapa perbedaan yang bertujuan untuk saling melengkapi antara syariat dengan kondisi kemiskinan yang terjadi di suatu negara.
Kriteria Miskin Berdasarkan Had Kifayah
Disadur dari Pusat Kajian Strategis BAZNAS (2018) dan disampaikan oleh K.H. Izzuddin Edi Siswanto,Lc., M.A., Ph.D., menurut Ibnu Abidin, had kifayah adalah batas minimum yang dapat menjauhkan manusia dari kesulitan hidup. Yang termasuk hal ini adalah kebutuhan makanan, pakaian, tempat tinggal, atau hal lain seperti perkakas dan kendaraan yang tidak sampai pada tahap kemewahan.
Lalu, menurut Imam Nawawi, kifayah adalah suatu kecukupan yang di mana tidak kurang dan tidak lebih. Hal ini menandakan bahwa sesuatu disebut kifayah, apabila tidak berlebihan dan sesuai dengan kebutuhan.
Kemudian, Imam Syatibi mendefinisikan had kifayah yaitu sebuah ukuran kebutuhan yang sangat darurat dan fundamental. Kebutuhan itu bukan sekadar kecukupan yang primer, tetapi masuk dalam kategori sekunder yang menjadi tonggak kelancaran hidup manusia.
Landasan had kifayah yaitu berdasarkan Maqasid al-Syariah yang diukur berdasarkan dimensi berikut:
Jika seseorang sudah mampu memenuhi had kifayah, maka ia termasuk golongan yang dilarang menerima zakat. Ukuran seseorang tidak mampu memenuhi had kifayah diatur dalam Maqasid al-Syariah yaitu di bawah 5000 dirham atau setara 3,5 juta. Di bawah itu, ia termasuk golongan miskin. Maka, perlu dibantu sebagai mustahik.
Baca juga: 8 Golongan Penerima Zakat
Lalu, batas minimum pemberian zakat kepada golongan fakir dan miskin telah diatur oleh jumhur ulama. Madzhab Hanafi menentukan batas minimum zakat yang diberikan sebesar 20 dirham tanpa periode waktu tertentu. Jika mustahik sudah mampu, maka zakat tidak diberikan lagi.
Madzhab Syafi’i mengatakan bahwa tidak ada ukuran periode atau waktu pemberian. Lantas, mayoritas ulama berpendapat zakat diberikan untuk mencukupi kebutuhan selama setahun.
Terdapat istilah yang disebut dengan zakat inklusi, yaitu orang kaya dapat menjadi miskin dengan kondisi tertentu. Jadi, kalau di masa depan seseorang sungguh-sungguh jatuh miskin, ia tetap berhak dibantu untuk menjadi berdaya dari zakat. Dengan demikian, ia dapat bangkit perlahan-lahan hingga mampu menjadi muzakki kembali.
Perbedaan Had Kifayah dengan Standar Lainnya
Berdasarkan segitiga kebutuhan, kedudukan Had Kifayah, Kebutuhan Hidup Layak, dan Garis Kemiskinan berada di tiap tingkatan sejauh mana seseorang memenuhi kebutuhan hidupnya.
Untuk pemberian bantuan zakat, dari sisi Had Kifayah dihitung berdasarkan kepala keluarga dan tanggungannya. Sedangkan, jika dilihat dari sisi BPS, bantuan finansial dihitung dari sisi personal individual. Contohnya, Bantuan Sosial (Bansos).
Sikap netral dalam agama Islam merupakan topik yang rumit dan memiliki interpretasi yang beragam. Beberapa pandangan menunjukkan apa itu netral dalam beragama adalah bentuk kerapuhan dan pijakan tanpa dasar. Dalam perspektif ini, netralitas dianggap sebagai sikap yang tidak konsisten dan tidak kokoh dalam menjalankan ajaran agama.
Memilih untuk tetap netral dapat mencerminkan kurangnya keberanian dalam memperjuangkan atau mengungkapkan keyakinan agama secara tegas. Hal ini bisa dipandang sebagai kelemahan yang dapat menghalangi seseorang dalam mengambil tindakan yang konsisten dengan nilai-nilai agama yang dianutnya.
Liputan6.com lansir dari berbagai sumber, apa itu netral dalam Islam disebut pula sebagai sebuah bias dan ilusi yang dibangun dengan persepsi tanpa dasar keimanan. Dalam perspektif ini, netralitas dianggap mencari muka di hadapan manusia dan mengabaikan kepatuhan terhadap perintah Allah. Sikap netral dipandang sebagai upaya untuk menyenangkan manusia dan mencari penerimaan, bahkan jika itu berarti mengesampingkan atau mengabaikan prinsip-prinsip agama.
Salah satu pandangan dalam Islam mengenai apa itu netral dalam Islam sebagaimana diungkapkan oleh Abu Ali Ad-Daqaq Rahimahullah dalam kitabnya berjudul Al Minhaj Syarh Shahih Muslim. Dalam kitab tersebut, disebutkan sikap netral dalam beramar ma'ruf nahi mungkar (menganjurkan kebaikan dan mencegah kemungkaran) disebut sebagai setan bisu.
Dalam hal ini, apa itu netral dalam Islam dianggap sebagai sikap yang membiarkan kejahatan atau ketidakadilan terjadi tanpa melakukan upaya untuk mencegahnya. Dalam Islam, mengamalkan ajaran agama berarti aktif mempromosikan kebaikan dan menentang kemungkaran, serta memiliki tanggung jawab moral untuk berbicara dan bertindak ketika ada pelanggaran terhadap nilai-nilai agama.
Penting untuk dipahami bahwa Islam tidak mengajarkan umatnya untuk diam dalam mengungkapkan kebenaran. Al-Qur'an dan hadis dianggap sebagai sumber kebenaran yang jelas dan nyata. Oleh karena itu, sikap netral dalam Islam bukanlah sikap yang memilih untuk diam atau tidak terlibat dalam mengungkapkan adanya kebenaran. Sebaliknya, Islam mendorong umatnya untuk aktif dan proaktif dalam mengemukakan kebenaran serta mengamalkan ajaran-ajaran agama dengan keyakinan dan ketegasan.
Apa itu netral dalam beragama tidak dianggap sebagai kemajuan atau kemodernan dalam bersikap dalam pandangan Islam. Justru, netralitas dianggap sebagai sikap yang kaku, statis, dan konservatif dalam kehidupan. Islam mendorong umatnya untuk bergerak, berusaha, dan berjuang untuk menghadirkan kebaikan dan keadilan dalam masyarakat. Sikap netralitas yang diam dan tidak berpihak dinilai sebagai tanda ketidakaktifan dan kekakuan dalam memperjuangkan nilai-nilai agama yang seharusnya diwujudkan melalui tindakan nyata.
Dalam pandangan agama Islam, terdapat pembagian umat manusia menjadi tiga golongan, yaitu muslim, kafir, dan munafik. Menurut pemahaman ini, golongan yang netral tidak termasuk dalam kategorisasi tersebut. Sikap netralitas dianggap sebagai sikap yang tidak jelas atau tidak tegas dalam menjalankan keyakinan agama. Islam mengajarkan pentingnya memiliki keyakinan yang kuat dan bertindak sesuai dengan ajaran agama yang diyakini, bukan berada di tengah-tengah tanpa arah yang jelas.
Allah SWT menciptakan banyak hal di dunia, termasuk malaikat. Namun, apa itu malaikat dan tugasnya dalam Islam?
Berikut penjelasannya seperti dirangkum dari Buku Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti SMP/MTs Kelas VII Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Malaikat adalah salah satu ciptaan Allah SWT selain manusia, binatang, tumbuhan, dan seisi dunia. Malaikat diciptakan dari nur atau cahaya Ilahi.
Maka dari itu, malaikat tidak terlihat. Begitu pula tidak makan, tidak minum, dan tidak memiliki jenis kelamin. Kendati begitu, manusia wajib mengimani atau percaya terhadap malaikat.
Hal ini sesuai dengan perintah yang tertuang dalam surat Al-Anbiya 21:19.
وَ لَہٗ مَنۡ فِی السَّمٰوٰتِ وَ الۡاَرۡضِ ؕ وَ مَنۡ عِنۡدَہٗ لَا یَسۡتَکۡبِرُوۡنَ عَنۡ عِبَادَتِہٖ وَ لَا یَسۡتَحۡسِرُوۡنَ
Artinya: Dan milik-Nya siapa yang di langit dan di bumi. Dan (malaikat-malaikat) yang di sisi-Nya, tidak mempunyai rasa angkuh untuk menyembah-Nya dan tidak (pula) merasa letih.
Dalam bahasa Arab, malaikat berasal dari kata malakun dalam bentuk jamak yang memiliki arti pengutusan. Oleh karenanya, malaikat menjadi utusan Allah untuk mengurus banyak hal.
Salah satunya mengawasi manusia. Allah memercayakan tugas itu karena malaikat merupakan ciptaan Allah yang paling taat terhadap perintah-Nya dan tidak pernah ingkar.
Selain taat, berikut sifat-sifat malaikat.
Manusia wajib percaya terhadap malaikat. Bahkan, percaya terhadap malaikat merupakan rukun iman kedua setelah iman kepada Allah.
Hal ini tertuang pula dalam surat An-Nisa ayat 136 berikut.
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓا۟ ءَامِنُوا۟ بِٱللَّهِ وَرَسُولِهِۦ وَٱلْكِتَٰبِ ٱلَّذِى نَزَّلَ عَلَىٰ رَسُولِهِۦ وَٱلْكِتَٰبِ ٱلَّذِىٓ أَنزَلَ مِن قَبْلُ ۚ وَمَن يَكْفُرْ بِٱللَّهِ وَمَلَٰٓئِكَتِهِۦ وَكُتُبِهِۦ وَرُسُلِهِۦ وَٱلْيَوْمِ ٱلْءَاخِرِ فَقَدْ ضَلَّ ضَلَٰلًۢا بَعِيدًا
Artinya: Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan kepada kitab yang Allah turunkan kepada Rasul-Nya serta kitab yang Allah turunkan sebelumnya. Barangsiapa yang kafir kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari kemudian, maka sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh-jauhnya.
Ilustrasi. Nama-nama malaikat dan tugasnya dalam Islam. (Diolah dari iStock)
Dalam Al Quran sebenarnya tidak disebutkan secara pasti berapa jumlah malaikat. Bahkan sejatinya hanya Allah yang tahu.
Namun, setidaknya ada 10 malaikat yang wajib diimani oleh setiap muslim. Berikut 10 malaikat dan tugasnya.
Malaikat Jibril memiliki nama lain Ruh Al-Quds, Ar-Ruh-Al-Amin, dan Namus. Malaikat Jibril tugasnya menyampaikan wahyu dari hadirat Ilahi kepada nabi dan rasul.
Dalam Islam disebutkan bahwa malaikat Jibril yang menyampaikan Al Quran kepada Nabi Muhammad SAW secara berangsur-angsur.
Muslim dapat mengimani malaikat Jibril dengan selalu memohon petunjuk Allah yang dapat diberikan kepada manusia melalui para malaikat-Nya.
Malaikat Mikail dikenal sebagai malaikat pembawa rezeki. Sebab, malaikat Mikail tugasnya mengatur kesejahteraan makhluk.
Mulai dari mengatur awan, menurunkan hujan, melepaskan angin, sampai membagi-bagikan rezeki dari Allah kepada setiap ciptaannya di dunia.
Muslim dapat mengimani malaikat Mikail dengan berusaha semaksimal mungkin dalam belajar dan bekerja agar Allah memberikan rezeki terbaik melalui malaikat-Nya.
Malaikat Israfil adalah malaikat yang pertama kali diciptakan Allah. Malaikat Israfil tugasnya meniupkan terompet sangkakala saat dimulainya kiamat suatu hari nanti.
Terompet sangkakala yang ditiupkan pertama kali pertanda datangnya hari kiamat. Sementara tiupan kedua penanda hari kebangkitan di Padang Mahsyar.
Muslim dapat mengimani malaikat Israfil dengan selalu memohon ampun kepada Allah agar selamat dari segala bencana di dunia sampai hari akhir.
Malaikat Izrail dikenal sebagai malaikat pencabut nyawa. Sebab, malaikat Izrail tugasnya mencabut nyawa seluruh makhluk hidup di dunia.
Orang yang beriman akan dicabut nyawanya dengan lembut. Sedangkan orang kafir dicabut dengan penuh rasa sakit dan kesulitan.
Muslim dapat mengimani malaikat Izrail dengan mempertebal iman kepada Allah agar menjadi orang yang beriman dan terhindar dari siksaan sakaratul maut ketika ajal menjemput.
Malaikat Munkar tugasnya menanyai orang-orang yang sudah meninggal di alam kubur. Pertanyannya seperti 'Siapa Tuhanmu? Apa agamamu? Siapa nabimu?'
Jika bisa menjawab, maka akan diberi kelapangan di alam kubur. Sebaliknya, jika tidak bisa menjawab, akan disiksa.
Muslim dapat mengimani malaikat Munkar dengan selalu memohon kelapangan di alam kubur kepada Allah SWT.
Seperti malaikat Munkar, malaikat Nakir tugasnya juga menanyai orang-orang yang sudah meninggal di alam kubur.
Muslim dapat mengimani malaikat Nakir dengan memohon keselamatan dari siksa kubur kepada Allah SWT.
Malaikat Raqib tugasnya mencatat semua amal baik manusia sejak sejak aqil balig sampai akhir hayat. Malaikat ini senantiasa berada di samping manusia untuk mencatat amal tersebut dan kemudian dilaporkan kepada Allah.
Muslim dapat mengimani malaikat Raqib dengan melakukan amal baik setiap hari, mulai dari niat, ucapan, hingga perilaku.
Sebaliknya, malaikat Atid tugasnya mencatat semua amal buruk manusia sejak aqil balig sampai akhir hayat.
Muslim dapat mengimani malaikat Atid dengan menghindari perbuatan buruk, mulai dari niat, ucapan, hingga perilaku.
Malaikat Ridwan dikenal sebagai penjaga pintu surga. Sebab, malaikat Ridwan tugasnya mengatur kesejahteraan penghuni surga sekaligus menjaga pintunya.
Ketika orang beriman masuk ke dalam surga, maka malaikat Ridwan akan menyambutnya.
Muslim dapat mengimani malaikat Ridwan dengan selalu memohon ampun dan petunjuk kepada Allah agar selamat di akhirat dan dapat masuk ke dalam surga.
Sebaliknya, malaikat Malik adalah malaikat penjaga pintu neraka. Malaikat Malik tugasnya mengatur siksa azab bagi orang-orang kafir di neraka.
Disebutkan malaikat Malik memiliki wujud yang menyeramkan, bahkan api neraka pun takut kepadanya. Malaikat Malik memiliki nama lain, yaitu Zabaniyyah.
Muslim dapat mengimani malaikat Malik dengan selalu memohon ampunan kepada Allah agar terhindar dari siksa api neraka.
Itulah penjelasan mengenai malaikat dan tugasnya dalam Islam. Semoga bermanfaat dan selamat belajar!
Perbedaan Dalam Al Quran
Dalam Al Quran, definisi kata Fakir dan Miskin tidak dijelaskan secara gamblang. Kendati kedua kata tersebut dengan berbagai akar katanya terdapat dalam Al Quran lebih dari 14 kali untuk kata faqr dan lebih dari 33 kali untuk kata miskin.
”Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari kefakiran, kekafiran, kekurangan, dan kehinaan dan aku berlindung kepada-Mu dari (kondisi) didzalimi dan mendzalimi orang lain.”
(HR Ibnu Majjah dan Hakim dari Abu Hurairah)
Dalam sebuah riwayat ditemukan doa Rasulullah SAW yang memohon perlindungan kepada Allah SWT dari kefakiran. Sebagaimana tertuang pada riwayat di atas serta memohon ‘kehidupan dan kematian’ dalam kondisi miskin. Sebagaimana sabdanya, ”Ya Allah, hidupkanlah aku dalam kondisi miskin, dan wafatkanlah aku (juga) dalam kondisi miskin.”
Ada sesuatu yang menarik dari doa Rasulullah di atas. Yakni kondisi atau sifat ‘fakir’ merupakan kondisi yang sangat buruk, yang disejajarkan dengan kekufuran, kekurangan, dan kehinaan. Sehingga Rasul memberi contoh umatnya untuk memohon perlindungan kepada Allah dari beberapa kondisi tersebut. Dengan demikian, pantas bila Ali bin Abi Thalib RA dalam salah satu atsar-nya menyebutkan, ”Hampir-hampir kondisi kefakiran itu membawa seseorang pada kekufuran.”
Kriteria Miskin Berdasarkan Garis Kemiskinan
Garis kemiskinan merupakan ukuran tingkat kemiskinan yang digunakan oleh BPS dengan menggunakan pendekatan kebutuhan dasar (basic needs approach). Metode ini menghitung rata-rata pengeluaran yang dilakukan oleh setiap orang berdasarkan hasil survey. Pengeluaran yang dihitung merupakan penjumlahan makanan dan non makanan.
Lalu, indikator yang digunakan yaitu:
Berzakatlah untuk Menolong Orang dari Kesusahan
Kendati kini segala sesuatu menjadi sulit, namun jangan sampai lepas dan berputus asa dari jalan-Nya. Tidak selayaknya kita menjadi orang yang seakan tidak memperoleh nikmat Allah sedikit pun, sehingga membawa kita gelap mata dan berbuat yang nista atau bahkan berbuat sesuatu yang dzalim meski pada diri sendiri. Na’udzubillah.
Dengan zakat, mustahik menjadi berdaya dengan mendapatkan akses kebutuhan yang layak. Percaya enggak kalau hasil zakatmu mampu memberdayakan para penerima manfaat melebihi ekspektasimu? Mini dokumenter di bawah ini adalah bukti nyata kalau zakat mampu entaskan kemiskinan.
Sudah tonton? Tangguh, kan! Jadi, masalah kemiskinan dan kefakiran struktural adalah tanggung jawab kita bersama. Sudah saatnya kita entaskan dengan mengambil aksi nyata dari tunaikan zakat.
Yuk, berzakat! Sucikan hartamu untuk membantu seseorang terhindar dari kefakiran dan kemiskinan. Klik tombol di bawah untuk ringankan beban masalah hidup mereka!
Sumber : Republika.co.id, Dompet Dhuafa
Mimpi merupakan sebuah bunga tidur dimana seseorang akan mengalaminya saat mereka tertidur, akan tetapi setiap orang mungkin akan mengalami berbagai macam mimpi yang berbeda dan mungkin di setiap tidurnya akan mengalami mimpi yang kurang menyenangkan.
Nabi Muhammad SAW mengelompokkan mimpi menjadi tiga bagian, seperti salah satu hadisnya, beliau bersabda:
الرُّؤْيَا ثَلَاثٌ، الحَسَنَةُ بُشْرَى مِنَ اللَّهِ، وَالرُّؤْيَا يُحَدِّثُ الرَّجُلُ بِهَا نَفْسَهُ، وَالرُّؤْيَا تَحْزِينٌ مِنَ الشَّيْطَانِ، فَإِذَا رَأَى أَحَدُكُمْ رُؤْيَا يَكْرَهُهَا فَلَا يُحَدِّثْ بِهَا أَحَدًا وَلْيَقُمْ فَلْيُصَلِّ
“Mimpi itu ada tiga. Mimpi baik yang merupakan kabar gembira dari Allah, mimpi karena bawaan pikiran seseorang (ketika terjaga), dan mimpi menyedihkan yang datang dari setan. Jika kalian mimpi sesuatu yang tak kalian senangi, maka jangan kalian ceritakan pada siapa pun, berdirilah dan shalatlah!” (HR Muslim).
Mimpi yang dialami oleh setiap orang tentu dapat dijadikan sebagai petunjuk, mungkin saja petunjuk tersebut bukan berasal dari Allah SWT, melainkan dari bisikan setan. Jadi ketika kamu mengalami mimpi di dalam mimpi, itu bisa menjadi salah satu petunjuk, peningingat, atau mungkin peringatan dengan apa yang sedang kamu lakukan.