Rekoemendasi Buku & Artikel Terkait
Di masa pemerintahan Presiden Sukarno, gelora cinta produk dalam negeri didengungkan lewat konsep berdikari—berdiri di atas kaki sendiri. Dalam sebuah perjalanan ke daerah-daerah di Indonesia, Bung Karno pun mengingatkan tentang berdikari. Menurut dia, di Asia—meski tak menyebutkan negara apa—ada negara yang makmur. Namun, sebenarnya negara itu tak berdiri di atas kekuatan dan kekuasaan sendiri.
“Negara itu bisa mentereng karena hidup dari pertolongan atau bantuan uang yang ditumpahkan negara lain kepadanya. Negara seperti itu pada suatu saat akan hancur lebur ketika tidak menerima bantuan lagi,” kata Sukarno, seperti ditulis ajudannya Mangil Matowidjojo di buku Kesaksian tentang Bung Karno, 1945-1967 (1999).
Dalam kesempatan itu, Bung Karno menganjurkan rakyat Indonesia bisa menolong diri sendiri, berdiri di atas kaki sendiri, dan bergantung pada tenaga sendiri. “Berdikari, percaya kepada kekuatan sendiri, tidak mengemis-ngemis,” kata Bung Karno, seperti ditulis Mangil.
This song is not currently available in your region.
Try the alternative versions below.
ruzka.republika.co.id - Produk Indonesia sebetulnya memiliki kualitas dan pemasaran yang cukup bagus.
Namun, pola kebiasaan masyarakat yang selalu mengikuti trend dan gaya hidup tinggi menjadikan rendahnya jiwa nasionalisme masyarakat untuk mencintai dan memakai produk lokal.
Hal ini dapat diantisipasi dengan terus mengusung program dengan slogan “Aku Cinta Produk Indonesia" dan terus meningkatkan kualitas juga kuantitas produk dalam negeri oleh para pelaku UMKM, dan harus cakap digital.
Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) bekerjasama dengan SiberKreasi menggelar program webinar literasi digital #MakinCakapDigital dengan tema: “Yuk Cintai Produk Dalam Negeri.”
Webinar digelar Rabu, 7 September 2022 di Jawa Timur, diikuti oleh ribuan siswa dan guru sebagai peserta secara daring.
Tema yang dibahas oleh masing-masing narasumber meliputi digital skill, digital culture, digital ethic, dan digital safety.
Dalam peraturan Menteri Perindustrian No. 16 tahun 2011 Bab 1 pasal 1 bahwa disebut sebagai produk dalam negeri ketika sebuah barang atau jasa. Termasuk rancang bangun dan perekayasaan yang di produksi atau dikerjakan oleh perusahan yang berinvestasi dan berproduksi di Indonesia.
"Dengan membeli produk dalam negeri kita turut mendukung mengembangkan UMKM lokal dan membuka lapangan pekerjaan. Masa depan bangsa ada ditangan kita bersama, mari mulai dengan bangga dan cinta produk Indonesia," kata M. Adhi Prasnowo, Dosen STIKOSA AWS, mengawali sebagai pembicara.
Sementara itu, Desto, sebagai Key Opinion Leader menambahkan, sikap bangga menggunakan produk yang dihasilkan di negaranya sendiri ini bisa ditunjukkan lewat pemikiran. Pun perbuatan yang memperlihatkan kesetiaan terhadap produk dalam negeri, biasanya mereka adalah orang orang yang memiliki jiwa nasionalisme tinggi.
"Jika kita membeli produk dalam negeri, kita telah membantu membuka lapangan pekerjaan dan turut mendukung pengembangan UMKM. Membeli produk dalam negeri juga tidak kalah jauh kualitasnya dan harga yang didapatkan jauh lebih murah," ujar Desto.
Dia menyarankan cintailah produk produk dalam negeri. Dikatakan dengan menggunakan produk dalam negeri, kita telah memberikan satu dukungan terhadap bangsa ini.
"Jangan pernah malu dan takut untuk menggunakan produk lokal. Menggunakan produk lokal tidak berarti tidak keren. Produk lokal sekarang sudah mampu bersaing di kancah internasional," imbuhnya.
Webinar ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan literasi digital di Jawa Timur. Kegiatan ini terbuka untuk para pelajar mulai dari kelas 4 SD sampai kelas 12 SMA dan para Guru.
Untuk info kegiatan Literasi Digital lainnya, bisa klik ke Instagram @siberkreasi dan @literasidigitalkominfo, atau ke website info.literasidigital.id.
#LiterasiDigitalSiberkreasi #LiterasiDigital #SiberKreasi #MakinCakapDigital #Permataberlian. * (yayan)
6 Alasan Mengapa Kita Harus Cinta Produk Indonesia – Dari zaman dahulu hingga sekarang, kita pasti pernah mendengar jargon untuk mencintai produk Indonesia atau produk dalam negeri. Memang, dari zaman pemerintahan presiden pertama Indonesia, Ir. Soekarno, konsep cinta produk dalam negeri sudah digaungkan.
Tidak lama setelah kemerdekaan Indonesia, produk-produk dari luar negeri mulai bermunculan. Pada sekitar tahun 1950-an, berbagai produk impor muncul untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga maupun perkantoran. Dalam buku Jakarta 1950-1970 (2018), Firman Lubis menuliskan bahwa, pada tahun 1950-an, lemari es sudah dikenal di Jakarta. Lemari es tersebut merupakan produk impor hasil produksi General Elecric merek Frigidaire yang berasal dari Amerika Serikat.
Pada tahun 1950-an juga, muncul produk impor berupa radio bertenaga listrik yang berbentuk kotak dan berukuran besar, yang diimpor dari Belanda, Amerika Serikat, dan Jerman. Namun, pada akhir tahun 1950, Indonesia juga mulai untuk memproduksi radio bertenaga baterai yang disebut sebagai radio transistor, yang diproduksi oleh Nasional Gobel.
Pada tahun yang sama juga jalan-jalan di Jakarta dipenuhi oleh berbagai mobil buatan Inggris, Amerika Serikat, Jerman, dan Italia. Baru pada tahun 1960-an, masa Orde Baru, produk-produk produksi dari Jepang mulai marak ditemukan, seperti mobil, peralatan rumah tangga, dan lain sebagainya.
Melihat maraknya produk impor dari luar negeri yang merajalela di Indonesia, membuat Bung Karno yang menjabat sebagai presiden saat itu menggaungkan konsep cinta produk dalam negeri. Presiden Soekarno menggaungkan gelora cinta produk dalam negeri dengan konsep berdikari, yakni berdiri di atas kaki sendiri.
Bung Karno terus menerus menanamkan konsep berdikari kepada seluruh rakyat Indonesia. Ketika ia memiliki tugas di berbagai daerah di Indonesia, ia selalu menghimbau para warga di sana untuk berdikari. Dalam buku Kesaksian tentang Bung Karno, 1945-1967 (1999) yang ditulis oleh ajudan Bung Karno, Mangil Matowidjojo diketahui bahwa Bung Karno selalu menyelipkan himbauan mengenai konsep berdikari dalam pidato yang dibawakannya.
Salah satu contoh perkataan Bung Karno, “Negara itu dapat mentereng karena hidup dari bantuan atau pertolongan uang yang diberikan negara lain kepadanya. Negara yang seperti itu, suatu saat nanti akan hancur lebur ketika tidak menerima bantuan dari negara lain lagi”. Bung Karno dalam kesempatan itu ingin mengajarkan rakyat Indonesia untuk dapat berdiri di atas kaki sendiri, bergantung pada diri sendiri, dan dapat menolong diri sendiri.
Konsep berdiri di atas kaki sendiri yang dicetuskan Bung Karno, bertujuan agar Bangsa Indonesia tidak bergantung kepada negara lain. “Berdiri di atas kaki sendiri, percaya pada kekuatan sendiri, jangan mengemis-ngemis,” ucap Presiden Soekarno yang dikutip oleh Mangil dari salah satu pidatonya.
Ketika pemerintahan sudah jatuh ke tangan Soeharto pun, anjuran untuk mencintai produk dalam negeri masih terus digaungkan. Dalam buku Soeharto: Pikiran, Ucapan, dan Tindakan Saya (1989) yang ditulis oleh G. Dwipayana dan Ramadhan KH, dituliskan bahwa Soeharto bangga ketika pembukaan pameran produksi Indonesia pada tahun 1985, berhasil digelar di lapangan Monumen Nasional (Monas), Jakarta.
Soeharto mengucapkan, “Pameran itu menjadi gambaran akan diri kita sendiri dan kemampuan kita sendiri, setelah kita berdiri sebagai sebuah bangsa selama 40 tahun. Dalam pameran itu kita bisa lihat, apa yang dapat kita produksi sendiri, termasuk produksi jasa, hasil penelitian, rancangan bangunan, dan perekayasaan”.
Soeharto juga sampai membentuk Menteri Muda Urusan Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri di Kabinet Pembangunan IV (1983-1988), yang saat itu posisinya ditempati oleh Ginandjar Kartasasmita, guna mendorong masyarakat Indonesia dapat mencintai produk milik Indonesia. Soeharto terus menggaungkan anjuran cinta kepada produk dalam negeri hingga menjelang era perdagangan bebas yang akan diberlakukan pada tahun 2000.
Era perdagangan bebas memungkinkan produk asing untuk merajalela di negeri ini. Maka itu, pada 10 Desember 1995, Soeharto sempat menyatakan keraguannya untuk memberlakukan sistem perdagangan bebas ini, di depan 150 peserta Musyawarah Nasional Persatuan Radio Siaran Swasta Nasional Indonesia (PRSSNI) di Tapos, Bogor, Jawa Barat. Ia berpendapat bahwa jika masyarakat tidak bisa mencintai produk buatan Indonesia, maka tingkat pengangguran akan meningkat dan memungkinkan industri untuk tutup.
Namun, pada akhirnya perdagangan bebas akan tetap terjadi, dan kita pasti mampu untuk menghindari skenario terburuk yang mungkin terjadi. Maka itu, Soeharto berusaha lebih kuat untuk menggaungkan konsep cinta produk buatan dalam negeri dengan cara propaganda melalui siaran radio. Salah satu bentuknya, yaitu dengan membuat dan menyiarkan program khusus untuk anak-anak, yang memuat pesan untuk mencintai produk buatan Indonesia. Soeharto mengatakan, “Anak-anak balita pada zaman ini, akhirnya pada tahun 2020 akan menjadi dewasa. Maka itu, hendaknya dari sekarang mereka ditanamkan prinsip untuk mencintai produk dalam negeri,”
Ajakan mencintai produk dalam negeri terus dilanjutkan oleh presiden-presiden selanjutnya. Seperti pada masa pemerintahan SBY atau Susilo Bambang Yudhoyono, ajakan untuk cinta produk buatan Indonesia diwujudkan dalam sebuah slogan, yakni “100% Cinta Indonesia”. Presiden SBY membuat sebuah kampanye yang mempromosikan produk buatan Indonesia.
SBY menyatakan bahwa tujuan kampanye “100% Cinta Indonesia” adalah untuk meningkatkan apresiasi terhadap produk dalam negeri, dan sebagai perwujudan akan rasa bangga menggunakan produk buatan Indonesia. SBY kemudian menganjurkan semua produk, perusahaan, dan merek dalam negeri untuk mencantumkan logo “100% Cinta Indonesia” pada kemasan produknya, materi promosi, dan juga iklan.
Hingga era pemerintahan Presiden Joko Widodo pada masa sekarang ini, konsep cinta produk dalam negeri masih terus digaungkan. Presiden Joko Widodo atau Jokowi dalam pembukaan Rapat Kerja Nasional Kementerian Perdagangan tahun 2021, yang diselenggarakan di Istana Negara, Jakarta, pada Kamis 4 Maret 2021, meminta Kementerian Perdagangan (Kemendag) untuk membuat strategi yang tepat untuk mengembangkan pasar produk nasional.
Salah satu strategi yang diusulkan Pak Jokowi adalah dengan mendukung program “Bangga Buatan Indonesia. Presiden Jokowi juga mengatakan untuk terus menggaungkan ajakan untuk mencintai produk buatan Indonesia. Bahkan, ia juga menyatakan untuk menggaungkan benci produk buatan luar negeri. Jadi, cinta produk buatan sendiri, tapi benci produk buatan luar negeri.
Pak Jokowi menambahkan, ia berharap slogan cinta produk buatan dalam negeri dan benci produk luar negeri dapat membuat masyarakat Indonesia menjadi konsumen paling setia terhadap produk hasil buatan domestik. Sebab, Indonesia merupakan pasar yang potensial dengan jumlah penduduknya yang mencapai 270 juta orang.
Mungkin di antara kalian ada yang memiliki pertanyaan tentang apa sebenarnya alasan konsep cinta produk dalam negeri ini terus digaungkan dari mulai masa kemerdekaan hingga masa sekarang ini? Mengapa kita harus cinta produk Indonesia? Berikut ini adalah penjelasannya.
Membuat Produk Buatan Indonesia Semakin Dikenal Oleh Pasar Internasional
Jika kita mendukung dan memakai produk lokal buatan Indonesia, maka kita akan membantu produsen produk tersebut untuk semakin dikenal dan akhirnya mendapatkan banyak permintaan. Dengan meningkatnya permintaan produk, para pengusaha domestik memiliki peluang untuk mengembangkan bisnisnya dan produktif untuk menghasilkan produk yang berkualitas.
Produk lokal yang berkualitas memungkinkan produk tersebut untuk dapat menembus pasar internasional dan mampu bersaing di pasar global. Produk lokal yang berkualitas akhirnya juga dapat dikenal oleh masyarakat global dan mengharumkan nama Indonesia.
Produk Berkualitas dengan Harga yang Murah
Kualitas barang hasil produksi pengusaha dan UMKM dalam negeri tidak perlu diragukan lagi. Mungkin di antara kalian juga sudah banyak yang mengetahui dan menyadari bahwa kualitas produk lokal saat ini sangat baik, sehingga dapat disandingkan dengan produk buatan luar negeri. Bahkan tak jarang produk lokal yang kualitasnya lebih baik dibanding produk internasional.
Hal ini juga telah dibuktikan oleh beberapa merek yang mampu bersaing dan unggul di pasar internasional. Meski kualitas produknya yang tinggi, kita juga mengetahui bahwa harga produk buatan lokal jauh lebih ekonomis, bahkan relatif murah. Maka itu, hal ini menjadi salah satu alasan mengapa kamu harus mencintai produk buatan dalam negeri, karena kamu bisa mendapatkan produk berkualitas dengan harga yang murah.
Turut Membuka Lapangan Pekerjaan
Tak bisa dipungkiri, tingkat pengangguran di negeri ini terbilang cukup tinggi. Bahkan, mereka yang memiliki pendidikan tinggi pun belum menjadi jaminan untuk dapat memperoleh pekerjaan. Banyak di luar sana pengangguran yang memiliki gelar pendidikan tinggi. Salah satu langkah sederhana untuk mengatasi hal ini, yaitu dengan membeli produk buatan lokal.
Jika kita sering menggunakan produk buatan dalam negeri, maka para bisnis atau brand lokal akan membutuhkan lebih banyak tenaga kerja untuk dapat memproduksi produk yang berkualitas. Dari situ, maka lapangan pekerjaan yang tersedia akan semakin banyak pula. Lalu, tingkat pengangguran dan angka kemiskinan di Indonesia akan berkurang. Hal ini lah yang menjadi salah satu alasan mengapa kita harus mencintai produk lokal, karena gerakan kecil yang kita lakukan ternyata dapat membantu banyak orang dan negeri ini untuk mencapai kesejahteraan.
Meningkatkan Jumlah Investasi di Indonesia
Dengan kualitas produk lokal yang semakin baik, produk buatan dalam negeri akan semakin dikenal masyarakat dalam negeri dan juga luar negeri. Hal ini kemudian dapat mendatangkan kesempatan, yakni kesempatan bagi para investor yang ingin menanamkan modal pada usaha dalam negeri.
Ketika produk dalam negeri semakin dilirik dan dikenal oleh para investor, maka akan terdapat banyak sekali manfaat yang bisa dirasakan pengusaha dalam negeri. Salah satu contohnya, yakni para pengusaha dalam negeri dapat memperluas sumber dana, menambah penghasilan, dan masih banyak lainnya.
Kehadiran para investor yang berinvestasi menanamkan modal pada usaha dalam negeri juga kemudian akan membantu meningkatkan pendapatan per kapita. Lalu, meningkatnya Produk Domestik Bruto (PDB) per kapita akan memajukan perekonomian Indonesia secara otomatis. Hal ini lah yang menjadi salah satu alasan mengapa kita harus cinta produk buatan Indonesia.
Nah, sekarang Grameds sudah mengetahui kan jawaban atas pertanyaan ‘Mengapa kita harus mencintai produk dalam negeri?’. Lalu, bagaimana ya caranya untuk membuktikan rasa cinta kita terhadap produk dalam negeri? Simak penjelasannya di bawah ini!
Cara Mudah Mewujudkan Rasa Cinta Terhadap Produk Indonesia
Berikut ini beberapa cara sederhana yang bisa Grameds lakukan sebagai wujud mencintai produk buatan Indonesia.
Demikian penjelasan mengenai ajakan cinta produk lokal, alasan mengapa kita harus mencintai produk buatan Indonesia, dan 5 cara mudah mewujudkan rasa cinta terhadap produk dalam negeri. Semoga informasi yang telah dipaparkan di atas dapat berguna bagi Grameds dan mendorong kalian untuk menumbuhkan rasa cinta kepada produk buatan Indonesia. Sebab, tidak ada lagi kan alasan untuk tidak mencintai produk lokal.
Jika Grameds memiliki ketertarikan untuk mempelajari tentang produk Indonesia, kamu bisa mempelajarinya dengan membaca referensi-referensi yang ada di internet maupun buku yang bisa kamu dapatkan di www.gramedia.com. Sebagai #SahabatTanpaBatas, kami selalu berusaha untuk menyediakan informasi terbaik dan terbaru untuk kamu.
Meningkatkan Devisa dan Perekonomian Indonesia
Devisa adalah alat pembayaran negara yang digunakan dalam lingkup internasional. Tingkat stabilitas ekonomi suatu negara ditentukan oleh banyaknya devisa yang dimiliki negara tersebut. Semakin tinggi cadangan devisa negara, maka akan semakin tinggi juga tingkat stabilitas ekonomi dalam negara itu. Dari pengertian dasarnya saja, dapat dilihat bahwa devisa memiliki peran yang sangat penting dalam menjaga keutuhan negara.
Jika kita memutuskan untuk membeli dan menggunakan produk buatan Indonesia, itu berarti kita telah membantu meningkatkan pendapatan dan devisa negara. Hal ini juga berarti bahwa kita ikut serta dalam menumbuhkan ekonomi nasional. Maka itu, hal ini dapat menjadi salah satu alasan mengapa kita harus mencintai produk dalam negeri, karena gerakan sederhana yang kita lakukan ternyata dapat memajukan perekonomian negara.
Turut Mendukung dan Mengembangkan UMKM Lokal
Dengan mencintai dan menggunakan produk dalam negeri, itu berarti kamu lebih memilih dan mendukung produk yang diproduksi oleh usaha UMKM lokal atau perusahaan, dibanding produk buatan luar negeri. Membeli produk buatan lokal merupakan suatu bentuk nyata dalam membantu para UMKM dan pengusaha lokal untuk terus berkembang.
Mencintai produk lokal berarti kamu membantu UMKM dan pengusaha dalam negeri untuk dapat berkreasi menciptakan ide baru dan berinovasi, sehingga produk yang mereka produksi semakin baik dan usaha mereka berkembang. Maka itu, hal ini menjadi salah satu alasan utama mengapa harus mencintai produk buatan Indonesia.
Alasan Mengapa Harus Cinta Produk Buatan Indonesia
Siswanto dalam jurnalnya yang berjudul Mencintai Produk Dalam Negeri sebagai Manifestasi Bela Negara di Era Global (2017), menjelaskan bahwa salah satu bentuk perwujudan bela negara di era globalisasi saat ini, yaitu dengan mencintai produk dalam negeri. Dengan menggunakan produk buatan Indonesia, kita dapat mendukung bisnis lokal. Selain itu, kita juga akan membantu mengenalkan produk Indonesia ke masyarakat kita, untuk dapat bangga terhadap negeri ini, dan juga menggaungkan nama Indonesia melalui pasar internasional.
Seperti yang telah dijelaskan di atas, Indonesia memiliki jumlah penduduk mencapai 270 juta orang dan merupakan pasar yang potensial untuk menggunakan produk domestik. Jika masyarakat Indonesia memakai produk buatan lokal, mulai dari produk kecil untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, seperti baju, celana, alas kaki, peralatan makan, meja, aksesoris rumah, dan lain sebagainya, maka industri dalam negeri akan terus berkembang.
Di bawah ini akan diuraikan 6 alasan utama mengapa kita harus mencintai produk buatan Indonesia.